Ahad

Ahad
Hand with bandage shows thumbs up, isolated on white background.

A,b,c,d… itulah hal yang terlintas dalam pikiran untuk mengawali tulisan ini. Ada banyak hal yang menurut saya rumit untuk saya bahas dalam tulisan ini. Namun, begitulah saya mengawali tulisan ini. Saat ini saya terpikirkan untuk kembali merevisi beberapa kata ataupun kalimat yang sebelumnya telah saya tuliskan. Itu kemudian menjadi suatu kebimbangan dalam benak saya. Akan tetapi, saya segera tersadar akan suatu kata “konsisten”. Apa yang terpahamkan dalam diri saya dengan kata itu yakni, jangan mundur dan teruslah maju. Mungkin ada juga sebuah keragu-raguan dalam diri saya yang mengatakan “lihatlah spion untuk mengantisipasi hal-hal yang mengancam dari belakang”. Tapi, setidaknya sebuah konklusi dari dua hal tadi terbuat, bahwa saya hanya akan terus maju namun tetap mengingat bahwa saya pernah diposisi sebelumnya. Saya hanya perlu untuk tidak menistakan bahwa saya pernah diposisi sebelum sekarang untuk bisa dikatakan maju. Karena tanpa posisi sebelumnya bagaimana mungkin dapat dikatakan maju. Saya juga hanya perlu terus melakukan pengawasan dengan menengok spion untuk menghindari terjadinya kecelakaan saat ada yang akan mencoba untuk melambung. Setidaknya saya bisa tahu melalui pengawasan itu siapa saja yang akan berpotensi untuk berada didepan saya. Tapi saya akan berhenti untuk saat ini membahas kelanjutan dari sebuah analogi itu. Saya menganggap anda akan tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Saya percaya bahwa mungkin masing-masing pembaca akan memiliki kelanjutan yang berbeda dari analogi tadi itu, atau bahkan mungkin ada yang bingung dengan analogi tadi dan menyangka seprtinya tidak mungkin analogi tadi bisa dilanjutkan. Saya tidak akan menghiraukan itu karena saya hanya menulis dan membuat apa yang teralirkan dalam pikiranku melalui tulisan ini bisa mengalir sebagaimana adanya. Sehingga dengannya kemudian anda bisa merasakan kemurnian pikiran dan perasaan saya saat menulis ini di tengah malam setelah pulang dari sebuah forum diskusi non- formal.  Walaupun saya pikir anda akan bodoamat dengan hal itu, tapi seperti yang saya tuliskan tadi bahwa saya hanya membiarkan pikiran saya mengalir melalui tulisan ini, dan kemauan untuk membaca itu urusan anda.

Saat ini, saya seolah tersadarkan dan bertanya-tanya. Mengapa saya memulai untuk menulis ini dengan sebuah awalan yang mungkin anda anggap kacau. Dari pertanyaan itupula kemudian Kembali menimbulkan pertanyaan bahwa akankah sejak hari ini dan seterusnya saya akan menulis seperti ini. Masalah itu saya tidak cukup yakin, tapi tugas anda lah yang menyimpulkan di waktu mendatang sejak hari ini bahwa betulkah tulisan ini mengalami kelanjutan. Karena sejujurnya saat ini saja saya merasa bosan untuk mengisi tiap kata pada paragraf ini. Tapi entah mengapa ketika saya pikirkan itu, tulisan ini semakin berlanjut. Seolah tersadarkan bahwa pikiran ini akan terus memunculkan ide. Setiap Langkah kata akan terus terbentuk, walaupun saya sadar betapa kacaunya tulisan ini. Ada rasa saat ini yang menganggap tulisan ini mungkin akan menjadi tulisan yang spektakuler justru karena ciri khasnya yang kacau. Tapi Saya akan mengatakan berbodoamat akan hal itu. Karena apa jadinya tulisan ini nantinya bergantung dari siapa yang dapat memahami nilainya.

Hidup adalah peristiwa yang menghadapkan kita pada pilihan. Yang dimana Ketika kita tidak memilih juga adalah sebuah pilihan. Tapi dari apa yang terlintas saat ini mengenai kalimat diatas adalah bahwa tugas saya hanyalah menciptakan pilihan-pilihan yang tidak membuat saya dilema untuk memutuskan memilihnya. Mungkin bagi anda yang membaca tulisan ini ada yang merasa sedikit bingung atau bahkan pemahaman anda terlampaui sehingga mengkritik tulisan ini. Tapi lagi-lagi saya tekankan, saya akan bodoamat akan hal itu. Saat ini mungkin pula ada yang merasa sebal dengan tulisan ini atau justru malah tertarik. Bagi saya, tentu cukup senang dengan anda yang kesal karena itu memang tujuan saya. Adapun bagi yang merasa tertarik dengan tulisan ini, tentu saya juga akan merasa senang karena saya bisa membodoh-bodohi anda dan menyita waktu anda dengan membaca tulisan yang kacau dan memang saya tak ada niat untuk merapikannya. Karena lagi-lagi saya hanya menulis dan membaca itu urusan anda.  Dari dua kemungkinan diatas, saya percaya ada juga yang akan melepaskan diri dari keduanya dan berupaya menyuarakan dalam hatinya bahwa saya tidak kesal, tidak tertarik, dan bahkan berupaya untuk memposisikan dirinya selain dari apa yang saya tuliskan. Tapi bagaimanapun itu setidaknya itu juga telah saya tebak dan itu pasti akan membuat anda kembali kepada dua kemungkinan tadi. Kesal atau tertarik… hahaha, begitulah anda bisa membayangkan begitu tertawanya saya membayangkan posisi anda yang membaca tulisan ini. Ehm… saya tidak akan melanjutkan untuk meramalkan kemungkinan yang terjadi pada anda yang membaca, karena kata “Ehm” diatas cukup membuktikan begitu sulitnya saya untuk melepaskan diri dari pembahasan itu melalui tulisan ini. Dan saya berharap, anda tidak perlu mengetahui apa yang saya harapkan karena itulah yang saya harapkan.

Ohh iya, paragraf ini menjadi tambahan untuk memberitahu anda apa yang tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya saat mencoba untuk menyimpan tulisan ini. Walaupun saya pikir itu tidak penting tapi bodoamatlah kalau anda berpikir atau merasa seperti itu. Intinya adalah tulisan ini saya beri judul “Ahad” untuk menyoal antara satu dan satu-satunya bahwa akankah ada dua setelah satu atau satu ini bukanlah sebuah gerbang kemungkinan untuk dua bisa ada. Mungkin itu konyol tapi setidaknya hal itu bisa menambah paragraf dan setidaknya dapat menambah waktu anda yang tersita karena membaca ini.

sang indies:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*