All Eyes On Rafah?
Kami fomo all eyes on rafah!
Sebenarnya apasih? Apa yang terjadi disana
Sekarang lagi berseliweran di media sosial #alleyesonrafah
Jika diterjemahkan, all eyes on rafah berarti semua mata tertuju ke rafah
Rafah merupakan kota yang terletak di jalur Gaza yang merupakan garis terakhir dan tempat pengungsian sipil bagi warga palestina. Lalu, ada apa dengan rafah yang menjadi tempat terakhir bagi warga Palestina untuk menerima bantuan dari daerah luar? IDF (militer israel) dbawah komando dari presiden Netanyahu melancarkan serangan militer ke jalur gaza terakhir atau daerah yang dikenal dengan Rafah sebagai akses untuk tetap terhubung dengan bantuan sosial. Rafah menjadi titik yang sangat vital bagi pengungsi akibat konflik yang sebelumnya terjadi.
Motif agresi militer yang dijalankan ke Rafah adalah tempat atau distrik tersebut menjadi tempat persembunyian organisasi HAMAS. Sayangnya, atas serangan tersebut menimbulkan banyak korban warga sipil yang tidak berdosa dan sama sekali tidak ada kaitannya atas kebijakan geopolitik antara kedua belah pihak.
Terjadi banyak kasus pembunuhan dan pelanggaran HAM dengan dalih memberantas teroris. Klaim pihak IDF (Israel Defence Forces) atas kasus agresi tersebut adalah bahwa 2 tokoh penting organisasi HAMAS meninggal atas hal tersebut. Dilansir dari CNN Indonesia, minggu 26/05 sebanyak 45 sipil Palestina yang tak ada kaitannya sama sekali dengan konflik tersebut menjadi victim atau korban agresi tersebut. Tak hanya kematian, tercatat sebanyak 200 orang mengalami luka-luka akibat kebakaran hebat oleh serangan udara menggunakan rudal canggih zionis. “lantas bagaimana hal tersebut jika dikaitkan dengan segala kesepakatan yang telah ditempuh PBB melalui peraturan atau hasil konvensi yang lalu-lalu.
Sejarah mencatat bahwa telah dilakukan berbagai macam bentuk upaya perundingan untuk menghentikan konflik gencatan senjata yang terjadi ditanah yerusalem diantaranya dimulai dari camp david 1979, Konferensi Madrid 1991, Konferensi Washington 1991, Gaza Aribha 1993. Bukan itu saja, perjanjian damai paska konferensi Oslo 1993 hingga kesepakatan Syerm Ash-Shekh 1999 tidak membuahkan hasil yang signifikan. Yang ada malah konflik yang akar sejarahnya sudah sekian tahun berlangsung masih tetap eksis dan menghantui seluruh sipil di daerah tersebut. Terlihat sangat kontras jika dikaitkan antara realitas tempo hari dengan eksistensi lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa yang esensinya mengurusi masalah ataupun konflik internasional yang ada.
Kembali kita sadar bahwa akar masalah dari konflik di Rafah sangatlah kompleks dan multidimensional. Mulai dari latar belakang sejarah, sentimen religi, hingga tensi politik yang sebenarnya menjadi harapan atas jalan keluar dari masalah tersebut dengan cara-cara yang berkebudayaan dan berperikemanusiaan. Beberapa bentuk diplomasi seperti konferensi hingga hukum humaniter internasional belum berhasil menghentaskan problematika tersebut.
Dipenghujung tulisan ini, muncul pertanyaan yang sangat mengganggu benak kami tentang “langkah atau solusi yang bagaimana lagi yang bisa ditempuh dan diusahakan demi kesudahan konflik tersebut?”Sebagai individu yang sangat berkekurangan baik itu dari modal kapital, sosial, hingga kultural kami terus berupaya menyingkap dan menalar isu tersebut. “apakah dengan hanya melakukan kampanye di sosial media terkait All Eyes On Rafah? ”Ataukah ikut melakukan praktik boikot demi solidaritas kemanusiaan? Dengan realiatas bahwa isu tersebut sangatlah didasari oleh power relation dan segala turunannya. Power relation atau relasi kuasa yang mengambil peran penting dalam pendistristribusian kekuasan kedalam praktik untuk membungkam dan mengontrol aktivitas depopulasi tersebut melalui hegemoni media bahkan pada peraturan yang dikonstruk guna melanggengkan kekuasaan tersebut. Kami yang sangat powerless ini hanya bisa terus mengikuti perkembangan informasi yang bahkan didalamnya pun hanya menjadi instrumen kekuasaan. Lalu teringatlah kami dengan perkataan sahabat karib yakni Israq yang mengumpat “diputar mami ini imaginenya John Lennon yang paling mantips dilakukan sekarang caak”—- dengan bunyi harapan yang dikemas candaan.
Leave a Reply