Hubungan antar Kekuasaan dan Pengetahuan
Dalam sehari-hari kita sering melakukan debat atau diskusi dengan teman bahkan sahabat, kita selalu menemukan kejadian dimana perdebatan menjadi sangat alot dan ujung-ujungnya menjadi debat kusir. Ini terjadi karena kedua belah pihak merasa bahwa argumentasi yang mereka lontarkan adalah argumentasi yang paling benar menurutnya. Padahal hanya satu kebenaran absolut di dunia ini yaitu kebenaran agama untuk para penganut agama.
Dari zaman dulu kita mengenal periode yang di isi dengan banyak pemikiran. Secara tidak langsung hal tersebut membuat ilmu pengetahuan mengalami bias, dimana kebenaran dari sebuah ilmu pengetahuan didasari oleh kekuasaan yang berlaku pada saat itu. Contohnya pada saat orang-orang mengalami masa theosentris, dimana manusia mengalami fase yang menganggap kebenaran hanya ada pada sebuah agama. Begitu pula pada zaman renaisans yang menganggap bahwa kebenaran itu terletak pada sebagaimana rasional hal tersebut.
Menurut konsep pemikiran Michael Foucault, seorang filsuf terkenal dari Perancis mengatakan bahwa kuasa bermaksud menjelaskan tentang suatu sistem yang disebut dengan relasi. Dimana relasi selalu berjalan beriringan dengan pengetahuan. Dimana ada relasi disitu pula ada kekuasaan dan dimana ada kekuasaan selalu ada pengetahuan yang dipengaruhi oleh efek kuasa. Contoh sehari-harinya adalah hubungan antar suami istri, antar sahabat, teman bahkan hubungan antar pemerintah dan rakyatnya. kita mengenal banyak pengetahuan yang mungkin kita anggap benar hingga sekarang tapi belum tentu hal tersebut adalah benar adanya.
Kekuasaan dalam pandangan Foucault tidak dipahami secara negatif seperti dalam perspektif Marxian, melainkan produktif dan reproduktif. Ia tidak terpusat, tetapi menyebar dan mengalir dinormalisasikan dalam praktik pendisiplinan. Disiplin merupakan bentuk normalisasi kekuasaan yang berlangsung dalam suatu institusi terhadap tubuh individu. Beroperasinya kekuasaan yang dilegitimasi oleh rezim pengetahuan tertentu sebagai normalisasi itu juga berlangsung dalam ruang yang lebih luas, yakni terhadap tubuh sosial.
Contoh relasi yang bisa kita ambil sehari-hari ialah hubuangan antar suami istri yang selama ini dikatakan bahwa Ketika istri melayani suami itu akan dianggap benar dan baik. Begitu pun sebaliknya suami akan merasa superior akan istrinya karena suami merasa dia yang dilayani. Contoh lainnya ialah relasi kekuasaan pemerintah yang ada dengan rakyatnya, dimana rakyat sering kali merasa inferior dan pemerintah merasa superior. Ketika kita tidak mempercayai adanya negara atau bahkan tidak bernegara tidak akan ada pengetahuan tentang pajak, hukum, undang-undang yang membuat legitimasi dari negara itu sendiri. Itu menjadi bukti bahwa pengetahuan yang kita pelajari selama ini adalah pengetahuan yang didasarkan atas adanya kekuasaaan.
Disekolah kita diajarkan tentang sejarah Indonesia. Sejarah yang ditulis di dalam buku-buku pelajaran di sekolah memiliki intervensi politik yang bisa terlihat dengan sangat jelas. Di dalam buku kita selalu digiring untuk membenci kaum komunis atau ideologi kiri sedangkan Ketika kita melihat jauh kebelakang Indonesia dibentuk oleh dua kekuatan yaitu islam dan juga komunis. Di korea utara seakan akan demokrasi di framing sebagai hal yang salah dan mereka lebih mengedepan kan faham komunis. Itu semua adalah bentuk relasi kekuasaan terhadap pengetahuan yang dilancarkan pemerintah untuk melegitimasi kekuasaannya. Seperti kutipan terkenal yang biasa kita dengar yaitu “sejarah dibuat oleh pemenang”
Sampai sekarang tidak ada pengetahuan yang bersifat netral. Karena pengertahuan selalu memiliki intervensi politik dan lainnya. Seakan akan pengetahuan yang kita pelajari selama ini tidak murni kebenaran dan yang paling parah bisa jadi fakta yang ada dibelokkan atau bukan yang sebenarnya. Pengetahuan dimamfaatkan oleh orang-orang yang memiliki kuasa untuk membuat kuasanya semakin kuat. Secara tidak sadar kita mengikuti alur yang dibuat oleh orang-orang yang berkuasa tersebut.
Proses memarginalkan orang-orang yang terjadi pada saat ini mungkin saja adalah hasil dari pemamfaatan kekuasaan yang ada. Proses memarginalkan ini bisa saja menjadi bahan intervensi dari ideologi-ideologi yang ada. Dimana Ketika kita lihat lagi, rumah sakit jiwa dan penjara menjadi hukuman yang kita jalani Ketika melakukan sebuah kesalahan atau dimasukkan ke rumah sakit jiwa Ketika mengalami kejiwaan. Dengan ada proses mamarginalkan melalui ideologi kapitalisme melahirkan banyak dokter dan sistem. Contohnya dokter psikologis, dokter jiwa, sistem penjara, dan sistem rumah sakit jiwa yang menyuburkan kapitalisme itu sendiri.
Jadi kita harus berhati-hati terhadap wacana pengetahuan yang muncul saat ini. Mungkin saja pengetahuan itu memiliki intervensi dari pihak lain. Karena pengetahuan tidak akan disebar luaskan ke masyarakat umum Ketika pengetahuan tersebut tidak melewati seleksi dari para pemegang kekuasaan. Ketika itu mengganggu atau berpotensi menurunkan kuasa hal tersebut tidak akan dibiarkan begitu saja. Ini menjadi sangat berbahaya bagi kita yang mengharapkan kebenaran yang mutlak dan tidak di sembunyikan. Bahkan Ketika ilmu pengetahuan dikeluarkan secara terang-terangan mungkin saja banyak revolusi besar-besaran yang terjadi di berbagai wilayah karena tidak ada lagi batas antar kekuasaan dan ilmu pengetahuan.
Leave a Reply