Vinland Saga: Surga di Atas Darah
Vinland Saga merupakan salah satu contoh dari anime yang memiliki pesan moral dan kritik yang sangat mendalam. Anime ini bercerita tentang Jati Diri, esan perdamaian hingga pengetahuan sejarah. Vinland Saga sendiri merupakan serial anime yang di adaptasi dari sebuah komik karya Makoto Yukimura. Anime ini bertemakan fiksi sejarah. Berlatar di daerah pesisir dan kepulauan sekitar laut utara pada sekitar abad ke-11 dimana era kejayaan bangsa nordik berada pada puncaknya.
Vinland Saga dimulai dengan memperkenalkan seorang komandan tempur viking yang sangat kuat bernama Thors Snorresson yang meninggalkan jalan kekerasan setelah bertahun-tahun menjadi mesin pembunuh yang dikenal seantero laut utara sebagai “Troll dari Joms”. Thors mengucilkan dirinya di Islandia bersama keluarga kecilnya sebagai seorang peternak sederhana hingga ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Thorfinn.
Keluarga kecil mereka hidup dengan tenang hingga suatu hari Floki, Komandan Jomsviking datang ke Islandia dan meminta Thors untuk kembali berperang. Floki mengancam bahwa ia akan membawa malapetaka di Islandia apabila Thors menolak untuk kembali menjadi prajurit. Thors pada akhirnya setuju dan kemudian membawa 5 orang prajurit amatir dari Islandia untuk dia bawahi selama berperang. Namun ternyata, seorang awak yang tidak diundang ikut naik ke atas kapal dan bersembunyi di dalam tong. Ialah Thorfinn putra Thors dan disinilah semua kejadian bermula.
Ditengah perjalanan menuju Denmark, Thors dan awaknya di hadang oleh kelompok perompak yang dipimpin oleh Askeladd bertujuan untuk menghabisi Thors. Awak Askeladd menyandera Thorfinn dan membuat Thors terpojok dan akhirnya menghabisi Thors di depan putranya. Sejak hari itu, Thorfinn bersumpah untuk mengikuti Askeladd kemanapun ia pergi dan membalaskan dendam atas kematian ayahnya.
Kemudian hari-hari Thorfinn dihabiskan untuk berperang untuk meningkatkan dirinya dan berkali-kali gagal untuk membunuh Askeladd. Thorfinn tumbuh menjadi petarung yang bengis namun pada akhirnya, Askeladd mati ditangan Canute. Thorfinn tidak memiliki tujuan hidup selain dendam yang ia pupuk selama belasan tahun. Kondisi ini meninggalkan Thorfinn pada depresi dan perasaan kehilangan yang lebih dalam daripada kehilangan cinta.
Vinland Saga Season 1 ditutup dengan hukuman bagi Thorfinn oleh Canute yang diberikan padanya karena telah menyerang Sang Pangeran karena membunuh Askeladd. Hukuman bagi Thorfinn adalah pembuangan sebagai seorang budak dan Thorfinn hanya pasrah dengan putus asa tanpa peduli pada apapun di sekitarnya. Walau pada season 1 ini berfokus pada pengembangan karakter seorang Thorfinn, ada banyak hal menarik yang bisa kita pungut.
Vinland Saga memberikan saya sudut pandang tentang bagaimana kengerian dari dampak-dampak peperangan. Perang selalu dikobarkan oleh mereka yang memiliki ambisi untuk berkuasa. Di Vinland Saga, para Raja dan Pemimpin militer mengobarkan perang atas alasan-alasan tersebut. Mereka tidak peduli pada dampak perang yang terjadi pada orang-orang yang mereka binasakan baik lawan maupun rakyat sipil. Perang selalu meninggalkan luka, dendam dan duka cita. Para pengobar perang bahkan tidak mengenal siapa yang mereka bunuh apalagi peduli apa yang akan terjadi kedepannya jika mereka membunuh seorang ayah didepan anaknya.
Yap, manusia selalu diperbudak oleh hasrat, keyakinan, dan hal berharga di hidupnya. Mereka siap melakukan apapun termasuk membunuh anak kecil, menjilat kaki orang lain, mencuri dan perbuatan hina lain demi ambisi yang menguasai dirinya. Di Vinland Saga, diperlihatkan bahwa pejuang-pejuang nordik memiliki keyakinan bahwa kematian epik saat perang akan dibalas Valhalla (Surga Pejuang Nordik) ketika mereka gugur di peperangan. Dengan keyakinan itu, mereka rela membunuh, membantai desa dan berlaku keji pada orang lain demi harga diri mereka sebagai seorang pejuang.
“Dunia ciptaan Tuhan ini begitu dipenuhi oleh keindahan. Lantas mengapa tidak ada cinta di hati manusia” Baris kalimat yang dikatakan oleh Canute saat berdialog dengan Pendeta Willibald. Kalimat itu menunjukkan konflik internal antara keyakinan kristen Canute tentang Tuhan yang Maha Cinta dengan kenyataan pahit yang ia hadapi. Dalam dialog ini, Canute menangkap bahwa cinta yang dimaksud Willibald adalah kondisi dimana adanya pemberian tanpa hasrat untuk mendapatkan timbal balik. Hal ini hanya ditemukan pada benda-benda mati seperti mayat, salju, matahari dan langit. Hal-hal tersebut memberi makhluk-makhluk lain kebutuhan-kebutuhan mereka dengan sukarela tanpa pernah protes. Manusia adalah satu-satunya ciptaan Tuhan yang tidak memiliki Cinta di hatinya. Selalu menyebabkan kerusakan dengan sengaja ataupun tidak sengaja, bahkan dengan tetap menyebut perbuatan mereka atas nama cinta.
Leave a Reply