Gencatan Senjata antar Bangsa Drela dan Lifis

Gencatan Senjata antar Bangsa Drela dan Lifis

Di benua Bazia terdapat dua negara yang memiliki pertempuran sengit.  Kedua negara tersebut ialah Negara Drela dan Negara Lifis. Dikisahkan Kedua negara tersebut memiliki pertempuran sengit dalam memperebutkan sebuah Altar Suci monumental. Hal itu disebabkan karena kedua Bangsa tersebut memiliki nilai luhur yang sangat bertentangan.

Bagi Bangsa Lifis, Altar Suci Monumental itu merupakan warisan leluhurnya yang harus senantiasa ia jaga karena dari sanalah nantinya akan melahirkan pemimpin umat yang akan mengakhiri seluruh problematika umat. Bertentangan akan hal itu, Bangsa Drela justru memiliki nilai juang untuk merebut dan menguasai Altar Suci monumental yang berada dibawah penguasaan Bangsa Lifis. Karena keberhasilannya dalam merebut merupakan simbol terangkatnya derajat umatnya.

Pertempuran berkepanjangan terus berlanjut. Ego tiap bangsa untuk mempertahankan nilai luhur yang ia anggap suci justru mengakibatkan jutaan korban jiwa terus-menerus. Bangsa Drela dengan semangat juangnya senantiasa melakukan pembombardiran. Sebagai suatu hal yang ia anggap bentuk pembelaan diri, bangsa Filis juga meluncurkan berbagai serangan. Kedua Bangsa seolah luput akan nilai-nilai kemanusiaan dan sebuah hak asasi. Keduanya terkurung dalam imajinasi kolektif dan hanya bisa memandang kebebasan di balik jeruji egonya.

Tangisan, jeritan, dan populasi di kedua bangsa yang kian menipis pada akhirnya memantik sebuah refleksi kedua bangsa untuk mengakhirkan jumlah korban jiwa yang terus bertambah. Gencatan senjata kemudian disepakati. Hal itu tentu menjadi berita menyenangkan yang dapat membuat Bangsa Lifis tersenyum atas penantian akan  hari-hari yang damai dan tenang. Namun akankah Bangsa Drela membiarkan hal tersebut dan memenuhi ekspektasi dari Bangsa Lifis akan kedamaian dan ketenangan?

Keyakinan terhadap nilai luhur suatu bangsa merupakan hal yang sangat tidak mungkin untuk diabaikan dan ditinggalkan. Keyakinan pada nilai luhur bagaikan detak jantung yang akan mematikan suatu bangsa jika ia terhenti. Untuk memanipulasi gencatan senjata yang telah disepakati – yang memang Bangsa Drela upayakan hanya untuk memulihkan citranya atas pembombardiran yang senantiasa ia mulai – maka Bangsa Drela mengirim para perompak bayaran untuk terus menghantui Bangsa Lifis dengan teror.

Bangsa Drela tentu tahu dan cukup cerdas bahwa dalam perjanjian gencatan senjata, subjek yang terikat merupakan negara dan seluruh perangkat serta identitas yang membawa nama negara atau bangsa. Namun jika yang dikirim merupakan orang tanpa identitas kebangsaan dan kenegaraan, maka tentu itu tidak akan membuktikan Bangsa Drela dalam melanggar perjanjian.

sang indies:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*